Kita Punya Pilihan

Saya bilang pada seseorang kalau tahun ini saya punya resolusi untuk bisa curhat. Satu-satunya resolusi tahunan yang saya inginkan di tahun 2021 dan saya cukup newbie untuk hal itu: memiliki resolusi tahunan.

Pastinya, untuk melakukan hal yang sebelumnya terasa sulit kita harus lakukan secara bertahap dan perlahan-lahan. Supaya efeknya tidak terasa keras dan nantinya perubahan yang diinginkan bisa konsisten dan sesuai harapan. Sampai tidak mungkin kembali lagi. Ini berbeda dengan orang-orang yang dapat pencerahan sampai-sampai menohok kehidupnya. Membuatnya mengubah cara pandangnya terhadap hidup. Yang saya lakukan mungkin berbeda. Ini adalah sesuatu yang direncanakan.

Setidaknya, sejauh ini saya melakukan beberapa progres. Sebetulnya sudah dari sebelum 2021. Saya mulai membuka diri untuk melakukan percakapan-percakapan tentang segala sesuatu yang saya sukai atau yang saya ingin orang lain juga mengetahuinya kalau saya merasa bahagia.

Saya harus menyeting diri untuk tidak khawatir akan pendapatnya, tentang apakah orang ini akan mengubah pandangannya terhadap saya. Saya mulai ini dari orang-orang yang sama sekali tidak saya kenal. Walaupun pada saat itu saya tidak menyadarinya dan terasa tetap belum berdampak apa-apa. Karena pada nyatanya orang yang tidak mengenal kita tidak akan pernah paham apa spesifikasi masalah yang kita hadapi.

Namun, progres tetaplah berarti walau secara umum tidak tampak. Seiring waktu kami saling mengenal dan lama-kelamaan semua pada akhirnya akan sama seperti semula. Sama seperti saat saya sudah mengenal orang-orang dan memilih untuk tidak mau membuka diri pada mereka.

Saya sadar bahwa orang lain sebetulnya mampu membuat saya menyelesaikan masalah pribadi yang saya hadapi kalau saya sendiri mau dibantu, mau menjelaskan kondisi saya, mau menjelaskan apa yang saya rasakan, tanpa perlu takut mengubah hubungan kami.

Teman tetaplah teman. Anak tetaplah anak. Orangtua tetaplah orangtua. Kekasih tetaplah kekasih. Kalau mereka mengubah cara pandang mereka pada saya, biarlah. Apakah mereka ingin mengubah status hubungan menjadi musuh atau membenci, mereka tetap berhak melakukannya karena mereka punya pilihan itu. Kecuali orangtua yang tidak punya pilihan untuk tidak punya anak lagi. Juga sebaliknya. Karena itu hanya akan terjadi kalau saya meninggal atau mereka memilih untuk mendustakan saya, seolah-olah mengabaikan padahal tidak akan pernah bisa.

Saya seharusnya tidak pernah pusing dengan hal seperti itu karena saya sudah berhak punya predikat orang dewasa. Orang dewasa selalu punya pilihan dan harus memilih. Terlepas dari pilihan yang tepat atau salah. Jika tidak, selamanya akan menjadi pengikut.

Kita diturunkan ke muka bumi ditakdirkan sebagai pemimpin. Minimal memimpin diri sediri. Seorang pemimpin akan selalu dihadapkan pada pilihan. Eksekutif adalah pengambil keputusan. Setiap manusia berhak memilih. Terlepas dari apakah kita sudah memiliki pilihan yang tepat atau tidak.